Sunday, August 30, 2015

Kehidupan Jatek Part 2

Meski sudah kembali di kota Jogja yang penuh peradaban, walau tak se metropolis kota kota lain, cerita dan kenangan tentang Jatek masih sangatlah kental dalam ingatan. Pagi itu Hari Jumat, aku dan teman temanku sedang mengerjakan  proses sortasi biji kopi kering. Jadi kami bertugas untuk memilih dan memisahkan biji kopi sesuai kualitasnya. Awal awal sih, pekerjaan ini sangatlah asyik dan selo. Tapi lama lama, omg this is damn boring! dan sangat melelahkan tentunya.

 Disana kami kerja bebarengan bersama ibu ibu pekerja yang jumlahnya lebih dari 100. Mereka, mereka, sangat keren. Bayangkan saja dengan kecepatan tangan mereka, yang notabene seharusnya sudah rapuh karena termakan usia (rata rata pekerja borongan berumur diatas 50 tahun dengan punggung yang sudah bungkuk), mereka bisa mengerjakan 20 kg biji kopi kering perhari. And the saddest part is, untuk 1 kg biji kopi yang sudah tersortasi, mereka hanya dibayar 800 rupiah. Jadi dalam sehari mereka hanya bisa memeperoleh upah Rp 15.000 - Rp 20.000. Sebagai bayangan betapa sulitnya pekerjaan itu, aku dan keempat temanku berkesempatan (baca: berkewajiban) untuk melakukan proses sortasi untuk biji kopi kering 20 kg yang sebelumnya juga telah kita proses sendiri (sortasi basah, pulping, drying, dan hulling), dan kami mampu menyelesaikannya dalam kurun waktu 5 hari. 20 kg 5 hari 5 orang. It's hurt me so much. Sedangkan ibu ibu bisa menyelesaikan sendiri dalam waktu sehari. Cant more proud for this. 
Kehidupan Jatek memberi pelajaran bahwa memang cari duit diluar sana memang tidaklah mudah. 


Cerita yang sama juga kami temui, kita kami jalan jalan ke kebun. Jadi pabrik dan kebun kopi emiliki jarak yang lumayan tidak jauh dan tidak dekat. Dengan motor bisalah ditempuh sekitar 30-40 menitan. Di kebun, kami diperlihatkan bagaimana cara memetik kopi. Jangan bayangkan kebun kopi seperti kebun teh yang kayaknya indah dan sejuk dan instagram-amble. tidak. Kebun kopi, hmm seperti hutan yang banyak serangganya, dan tidak cukup sejuk juga karena gerah.Pemetik buah kopi juga tidak seperti pemetik daun teh. Pemetik buah kopi, mereka terkadang perlu memanjat katas pohon demi memperoleh target mereka dalam sehari. Kalau sortasi perkilo dibayar 800 rupiah. Pemetik buah kopi hanya memperoleh 400 rupiah perkilonya. 


Dari Jatek ini juga, aku merasakan apa yang namanya mudik dan pulang kampung. Setelah sekian lamanya, 20 tahun aku hidup, belum pernah merasakan namanya mudik. Sekalinya mudik. Harus sendirian. Naik motor pula. Dengan bawaan ala pedagang cabe di pasar Ngasem yang abis kulakan di Imogiri. Walaupun entah rasanya senyap dan lelah di perjalanan, nggak ada yang mengalahkan rasa bahagianya bisa pulang kerumah, segera berlebaran bersama keluarga tersayang di Kota Jogja tercinta. Sungguh paham bagaimana Kota Jogja memang sangatlah nyaman yang selalu menjadi candu dan rindu. Tapi karena waktu itu jatek memang belum selesai. Dengan sangat menyedihkan di H+3 Lebaran, ami harus kembali lagi ke Gemawang. Dan OMG H+3 Lebaran merupakan puncak dari arus balik yang sangat luar biasa. Selama perjalanan di Muntilan dan Magelang, hampir semua jalan yang ku lewati adalah notabene trotoar. Macet penuh sesak suara klakson bertebaran, dan yang pasti ada kesedihan di hati paling dalam. Kerinduanku akan rumah dan segala isinya belum sepenuhnya terobati.


Di Minggu selanjutnya. Di hari Sabtu, kami memutuskan untuk pulang ke Jogja. Walaupun hanya sejenak. Kami berangkat dari Gemawang sekitar pukul 15.00 dan tiba di Jogja pukul 17.00. Tempat yang pertama ku singgahi adalah Koki Joni. Oh betapa rindunya dengan pasta creamy turkey the best pasta of my world ughhhh. Dan nggak ada 24 jam setelah itu, lagi lagi kami harus pergi meninggalkan Jogja dengan sangat berat hati menuju Gemawang.

Kelihatannya memang miris ya kehidupan jatek ini. Baper. Homesick. Cemen. Hah aku yang selama ini menganggap diriku mandiri. (iya walau aku anak tunggal, termasuknya mandiri loh. tapi manja sih). Ternyata aku.....malu aku......cemen. Aku mengakui semua ini. Aku cemen. HAHAHAHAHAHA


Pada akhirnya, jatek pun selesai juga. Setelah berbagai tangis tawa duka dan suka menghampiri. Kehidupanku kini normal seperti sedia kala. YEAY.

But, Honestly, for me, It's really a great experience to work with them, Thanks for the memories jatek, semuanya :) Doakan laporan jatek nya juga segera kelar hihi

Bismillah

No comments:

Post a Comment