Sunday, August 28, 2011

Awal Cerita

Ini cuma karangan imajinasi, cerita fiksi,
kesamaan nama tokoh atau karakter tidak di sengaja
Selamat menikmati
#nguopoh



Selalu ingin menangis ketika bercermin. Berteriak dalam hati “Sebenarnya, Siapakah aku!”. Aku bermuka cantik dan manis. Kulitku putih namun tidak pucat. Mata, hidung, dan mulutku sempurna kata teman-temanku. Rambutku panjang lurus dan indah berwarna hitam. Aku idola di sekolahku. Banyak orang yang ingin berteman denganku. Namun siapa yang tahu siapa sebenarnya aku?

Waktu menunjukan pukul enam pagi. Aku sudah beranjak dari kasur ku yang cukup mewah. Kasur empuk yang kata papa ku harga nya 15 juta rupiah di beli Jepang. Jepang? Setahu ku kalau di kartun kartun Jepang, tidurnya cuma dibawah beralaskan kasur tipis. Sudahlah aku tak peduli, sekarang saatnya mandi. Aku memasuki kamar mandi yang berada di pojokan kamarku. Di dalam sana ada cermin yang menggantung di pintu. Sebentar aku memandangi wajahku di dalam cermin. Memang menyedihkan. Wajahku tak ada mirip-miripnya dengan papa dan mamaku. Bahkan wajahku jauh berbeda dengan Ronald, adik ku satu-satunya. Mereka semua memiliki alis yang tebal, aku tidak punya. Itu adalah salah satu perbedaan yang ada. “AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA”, teriak ku di kamar mandi sambil menyalakan shower agar tidak ada yang mendengar suara ku. Leganya berteriak dibawah derasnya air  yang menerjangku. Sekalian saja kubasahi rambut dan semua tubuhku. Baju yang masih membaluti ku pun basah kuyup. Sudah cukup sepertinya pagi ini, aku tidak boleh berpikir jelek terus. Selama ini aku selalu menyimpan kebimbangan ini sendiri. Aku tak pernah menanyakannya kepada orang tua ku. Mungkin aku takut akan kenyataan yang sebenarnya. Ataupun takut akan menyakiti hati keduanya. Pendapat orang lain? Yah terkadang teman-teman ku menyeplos aku tidak mirip dengan orang tuaku. Mereka hanya bercanda sekalipun itu menyenggol nyawa. Sudah sudah aku tidak ingin pagi ini menjadi berat. Aku melepaskan pakaian yang ku kenakan dan segera menyelesaikan mandiku. Di tempat yang lain ternyata mama ku sudah memanggil-manggil nama ku untuk sarapan. Tentu saja aku tak mendengarnya karena aku lagi mandi. Selesai mandi dan berganti seragam aku segera menuju ruang makan untuk sarapan. Sepanjang perjalanan ke ruang makan, aku mendengar mama yang sudah mengomel menunggu ku sarapan. Wajar saja mama mengomel. Mama ku adalah seorang mama yang sangat disiplin. Waktu nya sarapan adalah jam 06.30 dan kini jam telah menunjukan pukul 06.50. Sepertinya aku terlalu lama mandi dan berdandan. Maklum lah, sebagai gadis 17 tahun yang lagi puber, tampil cantik adalah suatu keharusan.

 Sesampainya di meja makan, semua mata tampak senang melihatku. Papa, mama, Ronald tersenyum melihatku. Entah apa yang membuat mereka begitu. Apa aku terlalu cantik pagi ini? Atau jangan ada sesuatu yang lucu dalam diriku? Tiba-tiba Ronald tertawa begitu saja “hahahahahahahahah”. Wajahku bertanya tanya sebenarnya ada apa. Kini papa dan mama ku ikut tertawa kecil. “Sudah-sudah, ini sebenarnya ada apa? Ada sesuatu di wajahku? Mana?”, tanya Sheila kebingungan. “Kamu ini ngelindur atau bagaimana sih sayang”, jawab papa. Akhirnya papa menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. “Apa? jadi hari ini Hari Minggu?”, tanya Sheila malu. Rasanya malu sekali. Aku memakai seragam seperti layaknya akan pergi ke sekolah hari ini. Ronald masih menertawakanku. Aku mulai mencubit-cubit dia. Ronald hanya menggelinjang dan masih saja tertawa. Lama kelamaan aku ikut tertawa bersamanya. Sebel juga, jadi bahan ketawa tapi aku ikut tertawa. Adik ku satu-satu nya ini memang paling bisa membuat kakak nya senang. Bisa dibilang kami berdua memang kakak beradik yang akur. Kami jarang bertengkar. Memang aneh dimana biasanya kakak dan adik itu suka nya berantem, tapi aku dan Ronald tidak. Jangan jangan memang aku dan Ronald bukan lah kak beradik. Lagi-lagi pikiran itu terbesit muncul.

Kami sekeluarga kembali melanjutkan sarapan. Pagi ini nasi goreng dengan sosis dan bakso. Enak sekali. Tentu saja karena yang memasak bukan mama tapi bibi pembantu, Bibi Mila. Mama ku jarang melakukan pekerjaan rumah tangga. Karena mama ku adalah seorang wanita karir. Mama bekerja di suatu perusahaan milik Jepang yang ada ada di Kota ini. Makanya mama pandai berbahasa Jepang. Dan sepertinya itu turun menurun kepada diriku. Aku juga bisa sedikit demi sedikit berbicara Bahasa Jepang. “Watashi wa kirei desu yo”. Kalimat dalam Bahasa Jepang yang sering ku lontarkan. Yang artinya “Aku cantik lho”. Papa juga pandai berbahasa Jepang. Karena memang beliau adalah seorang dosen Sastra Jepang. Caranya berbicara Bahasa Jepang fasih sekali, seperti bahasanya sendiri. Yang lucu adalah ketika mama dan papa sedang bertengkar. Kadang-kadang mereka bertengkar menggunakan Bahasa Jepang. Kayak di film film silat itu jadinya. Mungkin agar anak-anak nya tidak tahu dan ikut campur tentang masalah mereka. Kelak aku juga ingin pandai berbahasa Jepang.

Bersambung

No comments:

Post a Comment