Teringat masa kecilku. Kau peluk dan kau manja.
Untuk sebagian orang, mereka pasti menganggapku begitu. Aku
anak tunggal. Dan kebetulan berbadan besar. Aku pasti dimanja oleh orang tuaku.
Apapun yang menjadi keinginanku pasti dituruti. Tapi tunggu. Aku memang tidak
sepenuhnya menyangkal. Orangtuaku sering kok membelikan mainan mainan yang aku inginkan.
Tapi sesungguhnya kata manja adalah jauh dari kehidupan masa kecilku.
Untuk masa kecilku, yang penuh pelajaran berarti, ceilah
wkwk
Orangtuaku tidak bisa dikatakan galak, tapi tidak juga
terlalu baik padaku, maksudnya baik disini adalah memanjakan dan mengiyakan
seluruh keinginanku. Hmm kata yang tepat untuk menggambarkan kedua orangtuaku
mungkin “disiplin dan bertanggungjawab”
Mereka tidak ragu untuk memarahiku ketika aku melakukan
kesalahan. Dan mereka juga menemukan cara yang tepat untuk memarahiku.
Menurutku cara itu efektif. Iya efektif membuatku jera.
Dari pengamatan amatir yang kulakukan, personality kita
sekarang ini memang sangat tergantung dengan masa kecil kita. terutama
bagaimana cara orangtua memperlakukan kita.
Contoh kecil saja, ada temanku yang selalu minta diantarkan
ketika ingin ke toilet, awalnya aku selalu “ih masa udah gede minta ditemenin
mulu” pikrku begitu hingga akhirnya doi cerita sebenernya ada sedikit
traumatis, karena doi waktu kecil sering dihukum dikurung didalam kamar mandi
oleh orangtuanya. Ternyata hal itu sangat membekas hingga doi kini sudah
dewasa.
Ada lagi, temen yang dia ini orangnya sangat ceriwis dan
suka mengomentari sesuatu. Dan ternyata sifatnya ini sama banget sama sifat
ibunya. Dan hingga saat ini, misalnya ketika dia mau beli baju atau apa, dia
selalu bingung ketika memilih, yang menjadi panutannya adalah “aduh ibuku
bilang apa ya kalau beli ini” ibuku marah nggak ya” “dikatain nggak ya sama
ibuku”
Bagus sih sebenernya artinya dia ini sangat patuh dan
berbakti sama ibunya. Tapi ketika kamu tidak bisa menjadi apa yang kamu
inginkan. Dan kebebasanmu sedikit terenggut.......
Oke balik lagi pada cerita masa kecilku
Aku yang sekarang, tidak tahu apakah merupakan refleksi masa
kecilku, atau campuran dari masa kecil dan masa pencarian jati diriku.
Masa kecilku, aku sangat tidak bebas. Bahkan ketika TK
maupun SD, aku tidak seperti teman teman di kampungku, yang mereka bisa bebas
main di jalanan, nggak pake sandal, dan yaaaa begitulah. Aku lebih sering
menghabiskan waktu mainku didalam ruangan, entah main barbie atau rumah
rumahan. Entah kenapa orangtuaku lebih suka aku didalam rumah. Ya mungkin
mereka masih kolot yang menganggap bersih itu baik dan kotor itu tidak baik.
Tapi tetap saja, sebenernya ketika orangtua tidak ada dirumah, aku selalu
mencuri waktu untuk bermain bersama tetangga tetanggaku. Dari kecil aku memang
sudah licik.
Dan lihatlah sekarang, aku adalah anak yang sangat bebas.
Ups bukan berarti pergaulan bebas. Orangtua bebas membiarkanku pergi kemana
saja, pulang malam, dan melakukan kegiatan apa saja. Mereka sudah percaya
padakuuuu. Aku terharu. Doakan saja adique dina ini tidak mengkhianati
kepercayaan mereka dengan melakukan hal yang aneh aneh hehe
Dan menurutku, aku memperoleh kepercayaan orangtuaku ini
dari proses yang sangat panjaaaaang. Dari jaman SMA yang aku tidak boleh pergi
setelah maghrib dan maksimal pulang jam 8 malam. SMP apalagi. Belum pulang jam
4 aja udah ditanyain. Dan sekarang lihatlah, aku bahkan pernah pulang jam
setengah 4 pagi. Usaha tidak pernah mengkhianati guys. Halah. Yang penting
jangan membangkang sama orangtua, terutama buat para dede yang masih dibawah
umur. Akan ada saatnya, ketika kalian dibolehkan pergi malam dan pulang pagi
sama orangtua kalian. Tenang saja.
Jadi seperti yang kuceritakan tadi, aku bukanlah anak yang
terlalu dimanja. Bisa dibilang orangtuaku cukup keras padaku. Bukan secara
fisik sih, tapi.... bayangkan saja guys, aku pernah dimarahi karena membantah
dan teriak teriak, lalu aku diancam oleh papaku akan dibuang ke sungai. Bukan
main guys, bahkan aku sudah diantarkan sampai ke jembatan kali code. Kebetulan
waktu itu musim hujan, sehingga arus sungainya cukup deras dan aku melihatnya
sangat mengerikan. Aku dipinggir jembatan hanya bisa nangis nangis meraung
raung sambil minta maaf minta maaf terus, komat kamit berjanji agar tidak
mengulangi kesalahan. Ayahku sempat meninggalkanku beberapa menit disana sendirian.
Ya mungkin itu waktuku untuk introspeksi. Lalu ayahku kembali menjemput, dan
tanpa berkata aku langsung menaiki motornya dan minta maaf lagi. Besoknya kami
kembali seperti biasa, seperti tidak
terjadi apa apa. Acara aku dibuang disungai ini nggak hanya terjadi 1-2kali
guys, hampir 8 kali. Dan di jembatan yang berbeda-beda hahaha
Dan untungnya sih sekarang aku nggak ada trauma apapun sama
yang namanya jembatan wkwk
Ada lagi, aku pernah mau dipecat sebagai anak. Kata kata “ah
ntar dipecat jadi anak aku” itu benar benar hampir terjadi padaku. Entah, aku
lupa apa kasusnya. Yang pasti aku sempat diusir dari rumah dan tinggal dirumah
simbahku selama dua hari. Orangtuaku mengepakkan semua bajubajuku mainan
mainanku dalam kardus. Lalu aku diantar kerumah simbah dan diancam tidak boleh
pulang dan tidak boleh lagi memanggil mereka papa dan mama. Sungguh, bayangkan
guys gimana jadinya mental anak TK umur 5 tahun ini guys, bayangkaaaaaaan
Alhamdulillah semua mimpi buruk sudah terlewati. Aku paham
kenapa orangtua ku begitu. Ya walaupun secara detail aku nggak paham inti dari
hukumannya. Yang pasti, itu untuk kebaikanku. Aku percaya percaya ajalah sama
orangtuaku wkwk. Dalam suatu hubungan, yang penting kan memang untuk selalu
percaya satu sama lain.
Jadi, apakah kalian masih menganggapku anak tunggal manja
yang apa apa pasti diturutin?
Jangan menganggapku begitu ya guys wkwk
do not judge a book by its cover ya hehe nice post btw.
ReplyDeletemampir juga ke tempatku dong www.junobolang.blogspot.com cheers!
done :)thankyou anw
Delete