Wednesday, February 10, 2016

Cerita Masa Kecil



Teringat masa kecilku. Kau peluk dan kau manja.

Untuk sebagian orang, mereka pasti menganggapku begitu. Aku anak tunggal. Dan kebetulan berbadan besar. Aku pasti dimanja oleh orang tuaku. Apapun yang menjadi keinginanku pasti dituruti. Tapi tunggu. Aku memang tidak sepenuhnya menyangkal. Orangtuaku sering kok membelikan mainan mainan yang aku inginkan. Tapi sesungguhnya kata manja adalah jauh dari kehidupan masa kecilku.

Untuk masa kecilku, yang penuh pelajaran berarti, ceilah wkwk

Orangtuaku tidak bisa dikatakan galak, tapi tidak juga terlalu baik padaku, maksudnya baik disini adalah memanjakan dan mengiyakan seluruh keinginanku. Hmm kata yang tepat untuk menggambarkan kedua orangtuaku mungkin “disiplin dan bertanggungjawab”
Mereka tidak ragu untuk memarahiku ketika aku melakukan kesalahan. Dan mereka juga menemukan cara yang tepat untuk memarahiku. Menurutku cara itu efektif. Iya efektif membuatku jera.

Dari pengamatan amatir yang kulakukan, personality kita sekarang ini memang sangat tergantung dengan masa kecil kita. terutama bagaimana cara orangtua memperlakukan kita.
Contoh kecil saja, ada temanku yang selalu minta diantarkan ketika ingin ke toilet, awalnya aku selalu “ih masa udah gede minta ditemenin mulu” pikrku begitu hingga akhirnya doi cerita sebenernya ada sedikit traumatis, karena doi waktu kecil sering dihukum dikurung didalam kamar mandi oleh orangtuanya. Ternyata hal itu sangat membekas hingga doi kini sudah dewasa.

Ada lagi, temen yang dia ini orangnya sangat ceriwis dan suka mengomentari sesuatu. Dan ternyata sifatnya ini sama banget sama sifat ibunya. Dan hingga saat ini, misalnya ketika dia mau beli baju atau apa, dia selalu bingung ketika memilih, yang menjadi panutannya adalah “aduh ibuku bilang apa ya kalau beli ini” ibuku marah nggak ya” “dikatain nggak ya sama ibuku”
Bagus sih sebenernya artinya dia ini sangat patuh dan berbakti sama ibunya. Tapi ketika kamu tidak bisa menjadi apa yang kamu inginkan. Dan kebebasanmu sedikit terenggut.......

Oke balik lagi pada cerita masa kecilku

Aku yang sekarang, tidak tahu apakah merupakan refleksi masa kecilku, atau campuran dari masa kecil dan masa pencarian jati diriku.

Masa kecilku, aku sangat tidak bebas. Bahkan ketika TK maupun SD, aku tidak seperti teman teman di kampungku, yang mereka bisa bebas main di jalanan, nggak pake sandal, dan yaaaa begitulah. Aku lebih sering menghabiskan waktu mainku didalam ruangan, entah main barbie atau rumah rumahan. Entah kenapa orangtuaku lebih suka aku didalam rumah. Ya mungkin mereka masih kolot yang menganggap bersih itu baik dan kotor itu tidak baik. Tapi tetap saja, sebenernya ketika orangtua tidak ada dirumah, aku selalu mencuri waktu untuk bermain bersama tetangga tetanggaku. Dari kecil aku memang sudah licik.

Dan lihatlah sekarang, aku adalah anak yang sangat bebas. Ups bukan berarti pergaulan bebas. Orangtua bebas membiarkanku pergi kemana saja, pulang malam, dan melakukan kegiatan apa saja. Mereka sudah percaya padakuuuu. Aku terharu. Doakan saja adique dina ini tidak mengkhianati kepercayaan mereka dengan melakukan hal yang aneh aneh hehe

Dan menurutku, aku memperoleh kepercayaan orangtuaku ini dari proses yang sangat panjaaaaang. Dari jaman SMA yang aku tidak boleh pergi setelah maghrib dan maksimal pulang jam 8 malam. SMP apalagi. Belum pulang jam 4 aja udah ditanyain. Dan sekarang lihatlah, aku bahkan pernah pulang jam setengah 4 pagi. Usaha tidak pernah mengkhianati guys. Halah. Yang penting jangan membangkang sama orangtua, terutama buat para dede yang masih dibawah umur. Akan ada saatnya, ketika kalian dibolehkan pergi malam dan pulang pagi sama orangtua kalian. Tenang saja.

Jadi seperti yang kuceritakan tadi, aku bukanlah anak yang terlalu dimanja. Bisa dibilang orangtuaku cukup keras padaku. Bukan secara fisik sih, tapi.... bayangkan saja guys, aku pernah dimarahi karena membantah dan teriak teriak, lalu aku diancam oleh papaku akan dibuang ke sungai. Bukan main guys, bahkan aku sudah diantarkan sampai ke jembatan kali code. Kebetulan waktu itu musim hujan, sehingga arus sungainya cukup deras dan aku melihatnya sangat mengerikan. Aku dipinggir jembatan hanya bisa nangis nangis meraung raung sambil minta maaf minta maaf terus, komat kamit berjanji agar tidak mengulangi kesalahan. Ayahku sempat meninggalkanku beberapa menit disana sendirian. Ya mungkin itu waktuku untuk introspeksi. Lalu ayahku kembali menjemput, dan tanpa berkata aku langsung menaiki motornya dan minta maaf lagi. Besoknya kami kembali seperti biasa,  seperti tidak terjadi apa apa. Acara aku dibuang disungai ini nggak hanya terjadi 1-2kali guys, hampir 8 kali. Dan di jembatan yang berbeda-beda hahaha
Dan untungnya sih sekarang aku nggak ada trauma apapun sama yang namanya jembatan wkwk

Ada lagi, aku pernah mau dipecat sebagai anak. Kata kata “ah ntar dipecat jadi anak aku” itu benar benar hampir terjadi padaku. Entah, aku lupa apa kasusnya. Yang pasti aku sempat diusir dari rumah dan tinggal dirumah simbahku selama dua hari. Orangtuaku mengepakkan semua bajubajuku mainan mainanku dalam kardus. Lalu aku diantar kerumah simbah dan diancam tidak boleh pulang dan tidak boleh lagi memanggil mereka papa dan mama. Sungguh, bayangkan guys gimana jadinya mental anak TK umur 5 tahun ini guys, bayangkaaaaaaan
Alhamdulillah semua mimpi buruk sudah terlewati. Aku paham kenapa orangtua ku begitu. Ya walaupun secara detail aku nggak paham inti dari hukumannya. Yang pasti, itu untuk kebaikanku. Aku percaya percaya ajalah sama orangtuaku wkwk. Dalam suatu hubungan, yang penting kan memang untuk selalu percaya satu sama lain.

Jadi, apakah kalian masih menganggapku anak tunggal manja yang apa apa pasti diturutin?

Jangan menganggapku begitu ya guys wkwk


2 comments:

  1. do not judge a book by its cover ya hehe nice post btw.

    mampir juga ke tempatku dong www.junobolang.blogspot.com cheers!

    ReplyDelete