Sore ini aku menghabiskan waktu luangku yang berharga di PAU. Lah? Lagi selo ngapain ke PAU din?
Iya iya, sebelumnya aku akan memperkenalkan PAU-ku kepada kalian semuanya. Jadi PAU alias Pusat Antar Universitas adalah salah satu bagian kecil dari UGM. Jadi PAU ini adalah hmm hmm, gedung gitu, hmm bingung gimana jelasinnya. Intinya saya melakukan research untuk skripsi saya di laboratorium yang ada di PAU ini. PAU sendirinya letaknya dekat dengan gedung pascasarjana UGM yang ada didekat perempatan jakal. (iya gedung besar yang kalau udah malem ngeri itu)
Nah ceritanya sore ini aku lagi gabut banget. Kerjaan di lab cuma tinggal nunggu pengeringan sampel aja (yang lamanya setengah modar). Bisa ditinggal sih, cuman mau gabut gabut dirumah kok rasanya agak merasa bersalah gitu wkwk.
Kuliahku semester ini cuma 3 sks aja. Itupun cuma di hari senin dan kamis. Dan yang hari kamis isinya cuman liat orang presentasi doang selama satu jam. Jarang banget saya mau bela belain kek kampus di siang bolong untuk kuliah yang cuma satu jam itu. Alhasil saya banyak luntang luntung dirumah.
Jadwal ngelab ku pun sebenernya tidak terlalu hectic. Kira kira seminggu 2-3 kali. Itupun durasinya hanya 1-2jam karena sifatnya cuman ngecekin, mindahin, dan plating. Yang rada hectic cuma pas awal awal aja bikin media (ampe mampos hecticnya).
Belakangan ini papa dan mamaku sudah mulai mencurigaiku kegabutanku yang udah maksimaal
Ina ke kampus jam berapa?
Ina nggak kuliah?
Kuliahnya kosong lagi? Dosennya kemana lagi?
Kamu nih kerjaannya kok cuman dirumah nonton laptop ngguya ngguyu
Yah dan sambatan sambatan lainnya. Intinya uang sangu kuliah ku sudah mulai terancam. Mau nggak mau saya harus cari tempat lain untuk menggabut. Nah, tempat itu tidak lain dan tidak bukan adalah PAU!
Gimana enggak? Udah tempatnya sepi, ber-AC, dan wifinya super kenceng. Sayang seribu sayang aja sih, kalau malem tempatnya rada angker wkwk. Tapi tenang, keangkeran bukanlah menjadi penghalang.
Meski nggak nge-lab di kampus sendiri, awalnya merasa asing dengan semua ini, di PAU saya juga mendapatkan banyak kebahagiaan karena ditemani oleh teman teman yang baik hati nan lucu. Ada anggoro si tukang nyiak alat, bellas, rahmi, dania, inggrid, rara, dan elin. Mereka ini selalu setia setiap saat, udah kaya rexona banget pokoknya. Misalnya saya lagi diluar (dan rada mager kalau harus melaju ke PAU), tapi perlu ngecekin sesuatu, mereka selalu ada untuk membantu saya. Begitu juga sebaliknya. Kalau misalnya lagi kekurangan alat, mereka juga selalu siap untuk dipinjemin. Kalau lagi pegel pegel pas nyuci ratusan cawan petri, nggak jarang mereka ikut mbantuin, aah they're so sweet and so lovely.
Karena namanya saja pusat antar universitas, tak hanya dari TPHP saja, aku mendapat banyak teman baru dari berbagai fakultas dan jurusan di UGM. Ada mba monik dari peternakan, yang selalu berbaik hati untuk meminjamkan erlenmeyernya untukku. Ada juga mas mas S2 bioteknologi yang aku lupa namanya, tapi berbaik hati untuk selalu meminjamkan bunsen dan koreknya wkwk. Pokonya lengkap, muda, tua, semua ada. Ibu ibu S3 yang kalau kata dania kayak ibu tiri, juga ada. (((ibu tiri)))
Karena namanya saja pusat antar universitas, tak hanya dari TPHP saja, aku mendapat banyak teman baru dari berbagai fakultas dan jurusan di UGM. Ada mba monik dari peternakan, yang selalu berbaik hati untuk meminjamkan erlenmeyernya untukku. Ada juga mas mas S2 bioteknologi yang aku lupa namanya, tapi berbaik hati untuk selalu meminjamkan bunsen dan koreknya wkwk. Pokonya lengkap, muda, tua, semua ada. Ibu ibu S3 yang kalau kata dania kayak ibu tiri, juga ada. (((ibu tiri)))
Teknisi di lab ini juga baik baik. Literlly sangat membantu jalannya penelitian saya, mulai dari pas merancang metode sampai pelaksanaannya. Cuman yha gitu deh, kadang kadang menghilang bak ninja. Baru ditinggal nyuci gelas aja, pak teknisi udah ngeluyur kemaa gatau deh. Dicariin dari pagi jam 10. Baru muncul jam 4 sore waktu udah pada mau kukutan wkwk. Tapi yaudahlah yha, ndakpapa, namanya juga teknisi, bebas wkwk.
Kalau kerjaan saya di lab sih, jujur aja lebih banyak gabutnya. Menunggu, menunggu, dan menunggu. Menunggu inkubasi, menunggu sterilisasi, menunggu teknisi, menuggu pengeringan, dan lain lain. Sepertinya memang sudah menjadi kodratnya saya untuk selalu menunggu ya wkwk.
Yeay sudah malam. Saatnya pulang. AC ruangan ini sudah terlalu dingin untukku huhu. Dadaaaah
No comments:
Post a Comment