Sunday, February 23, 2014

Akhirnya, Surat untuk Hujan

Untuk hujan yang turun kemarin sore. Masih teringat dalam benak, betapa dingin nya udara waktu itu. Sedingin rasa cuekmu padaku, waktu terakhir kita bertemu. Namun hujan kali ini bukan tentangmu, melainkan aku habiskan bersama yang lain. Dia yang belakangan ini menjadi sahabatku, pendengar setia cerita ceritaku.

Hujan, gara gara kamu aku harus berteduh bersama nya dalam satu tenda warung lesehan. Saling menghangatkan dalam cerita dan gelak tawa yang kita lakukan.  Berjam jam pun seakan tak terasa hingga larut pun tiba. Aku memutuskan untuk pulang, meskipun hujan belum juga reda.
Hujan, apakah kamu tidak rela jika aku berpisah dengannya?

Hujan, gara gara kamu, aku harus melihat sosoknya dalam tubuh yang basah. Dia yang memancarkan senyum, tapi sepertinya memiliki kesedihan. Dia yang tertutup. Hanya aku yang terus saja berbicara. Dia yang akan selalu setia tertawa jika aku melucu. Dan akan selalu menghargai tiap perkataan yang keluar dari mulutku.

Terkadang aku juga ingin mendengarkan cerita ceritamu. Bukan cerita yang itu. Tapi cerita yang sebenarnya menjadi beban di pundakmu. Aku juga ingin sedikit memikulnya, bukankah itu akan melegakan?

Tiap orang pasti punya masalah nya masing masing. Menceritakannya sedikit kepada teman, kurasa tidak akan merendahkanmu. Iya iya, aku tahu kamu bukan tipe "Hei lihat, gue manusia paling menderita sedunia!"

Tuhkan, kamu selalu punya sisi yang membuat kekagumanku menumpuk.... (kemudian terbangun kedalam realita)


Hujan, pertanda apa yang ingin kamu katakan? Kedatanganmu terkadang membawaku ke suatu dimensi yang lain. Aku seperti bermimpi namun rasanya nyata. Diatas kasur, berselimutkan selimut, diingi suara rintikmu, aku  memikirkan banyak hal yang menyenangkan, sampai akhirnya aku tertidur dengan sangat bahagia. Dan lama tentunya. 
Apa kamu ingin aku terus bermimpi? Atau ingin aku mewujudkannya?
Aku senang bermimpi saat tidur diwaktu hujan. Dan senang juga, ketika terbangun, karena tidur di waktu hujan sangatlah berkualitas.


Hujan, sihir apa yang kamu punya? Seperti mesin waktu, kamu bisa membawaku kepada saat saat itu. Mengembalikan aku dalam penyesalan, lalu aku yang berusaha tegar. Masa lalu itu, aku terkadang senang mengingatnya. Aku bukan tipe yang akan bermenye menye karena hujan. Hanya saja, apa ya, rasanya tenang. (kecuali hujan nya pakai petir)

Hujan, belakangan ini kedatanganmu banyak ditunggu tunggu. Untuk menghapuskan debu dan abu. Ku harap, kamu juga bisa menghapuskan kenangan pahit yang dimiliki orang orang, biar mereka nggak gegalauan lagi di sosial media. Aku agak capek melihatnya.

Baiklah hujan. Sampai bertemu di lain kesempatan.

ps: hai salsa, ini aku sudah menulis surat untuk hujan. Habis baca ini rasanya pengen muntah cicak. Kamu jangan ikutan muntah ya. Ditunggu surat untuk senja nya hahaha

3 comments: