Rasanya agak sedikit segan untuk menulis surat
ini, mengingat beliau kelak adalah dosen yang akan setia menemani hamba hingga
lulus.
Aku harus menemuinya besok dan rasanya jika harus
dibayangkan, aku tak sanggup. Beliau sosok yang sangat sangat, hmm bagaimana
aku mengatakannya ya, sepertinya baik, tapi tidak ramah, galak, dan kata
katanya sangat ketus untuk didengar oleh maba imut seperti saya.
Bahkan perjumpaan pertama kami, bisa dibilang kurang
baik. Aku meninggalkan kesan yang kurang.... yah mahasiswa..... Aku yang seharusnya sudah mengumpulkan berkas krs 3 hari setelah ospek,
baru mengumpulkan sebulan setelahnya.
Alasannya klasik, aku terlalu malas untuk menemui
dan menunggui sang dosen dengan setia. Ditungguin dari pagi, nggak pernah ada. siang kesana lagi, ternyata udah pulang. Nggak bisa mengeluh lagi lah, memang beliau yang punya kuasa.
Dosen pembimbingku yang satu ini, memang bisa
dikatakan sudah cukup senior di kampus dengan menyandang gelar professor, dan
sudah cukup tua juga (maaf prof), sehingga terkadang cukup sulit menemuinya di
kala kuliah.
Bahkan di semester awal awal ini, saya belum
diberi jatah untuk mengambil kelas beliau. Jadi saya belum terlalu mengenal beliau seperti apa. sedikit lega juga sebenarnya. Jujur
saya belum menyiapkan mental benar untuk bertatap muka langsung dengan beliau.
Namun namanya juga jodoh antara mahasiswa dan
dosbingnya, entah kenapa ya, setiap kali naik lift kami sering berpapasan. Padahal
hmm hmm. Kami sama sama memiliki porsi tempat yang lebih. Jadi tentunya ada sedikit
rasa tidak enak terhadap penggunjung lift yang lain. Terkadang aku memilih
untuk tidak menaiki lift bersamaan dengan beliau. Lalu naik tangga-__
Tidak hanya lift, perjumpaan kami terkadang juga
berada di lorong. Aku selalu mencoba untuk tersenyum kepadanya, bahkan selalu
menundukkan kepala, namun selalu juga diacuhkan oleh beliau. huft
Pernah sekali, karena sedang tergesa tergesa
mengumpulkan tugas, saya menanyakan letak loker salah satu dosen
kepadanya(tentunya dengan basa basi dan sopan santun), kemudian beliau menjawab,
dengan muka yang terus menatap layar leptopnya, "bukan urusan saya".
serasa tersambar petir, aku membeku sejenak, lalu dengan muka yang sangat tidak
enak memohon maaf karena telah mengganggu waktu beliau.
sejak saat itulah, perasaan takut mulai berkecamuk
didalam diri saya. Ya ampun itu dosbing saya. Gimana nasibku kelak. Ya
Allah......
Dan besok, sekali lagi, hamba harus mengumpulkan krs di tempat beliau.
Yang terhormat, Professor ku yang manis nan cantik jelita
Bisakah besok engkau memberi harapan untuk mahasiswi mu yang satu ini
Berikanlah satu senyuman terbaikmu, biar saya bisa ikut tersenyum juga
Tak untuk hari esok saja, tapi untuk hari hari kita bersama kelak
Dan kemudian mudahkanlah perkuliahan mahasiswi mu yang satu ini prof
Mudahkanlah........
Jangan galak galak ya prof. saya takut. fix.
No comments:
Post a Comment